Koper kecil berwarna biru, berhiaskan bordiran maskapai kebanggaan rakyat Indonesia telah siap untuk diangkut. 30 Agustus 2016, tak ada iringan bus yang beramai mengantarkanku di hari itu, tak seperti kebanyakan jama’ah, prosesi keberangkatan ini tak perlu muluk. Cuaca terlihat cerah, sekalipun mendung menggelayut, tak perlulah membawa payung.
Hujan rintik mengiringiku turun dari kendaraan, bersama ibu dan adik yang berkenan menunggu sampai masa pelepasan. Serangkaian prosesi keberangkatan menunggu untuk dijalankan, sebagian besar jama’ah kita terlihat sudah lanjut usia, terkantuk-kantuk sampai tiba masanya, memasuki bus dan bersiap meninggalkan kota tercinta.
Satu hal yang wajib kusyukuri, 25 tahun adalah usia yang masih sangat timur untuk pergi ke tanah suci, tapi undangan Allah pada diri yang berlumur dosa dan fakir inilah yang telah menakdirkannya memenuhi panggilan Nabi Ibrahim (AS). Semoga Allah karuniakan pahala berlebih kepada mereka yang tetap bersikeras berangkat, sekalipun tubuh sudah menjadi tua dan lemah. Semoga Allah berikan kesembuhan dan kesehatan kepada mereka yang tetap menunaikan.
(Bersambung)